Antariksa
Pengertian
“The concept of city is notoriously bard in define”
(Childe, 1979:12)
"Modern Movement in Indonesian Architecture","Perkembangan Arsitektur di Indonesia"
Antariksa
Pengertian
“The concept of city is notoriously bard in define”
(Childe, 1979:12)
Sebagai pusat dari
1. Dari aspek filosofis-religius, alun-alun berfungsi sebagai tempat untuk menampung luapan jamaah dari masjid agung, dan rangkaian upacara Garêbêg.
2. Dari aspek politis, upacara tersebut (Garêbêg Mulud) merupakan acara seba tahunan bagi para penguasa daerah untuk menunjukkan ketaatan dan kesetiaan kepada raja (Ricklefs, 1993:9).
3. Dari aspek ekonomis, karena pasar berada di dekatnya, atau di pinggirnya.
4. Dari aspek kultural, yaitu untuk pelaksanaan acara rampog macan (van Goens dalam Graff, ed, 1956:87-89).
Oleh karena sejarah
Dalam Babad Tanah Jawi,
Dalam paham kosmos Jawa, pembagian wilayah tersebut di atas merupakan pencerminan alam semesta. Selain itu usaha untuk menciptakan kesejajaran antara makro dan mikrokosmos juga dapat dilihat dalam organisasi desa-desa menjadi mancapat dan mancalima. Pengelompokan ini berarti pengaturan tata ruang desa-desa ke dalam pola segi empat dengan satu desa disetiap arah mata angin utama, dan satu arah di tengah (Moertono, 1968:277). Kota-kota pusat pemerintahan kerajaan Mataram-Islam dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu komponen pokok dan penunjang:
1. Pokok, berkaitan erat dengan kebutuhan hidup manusia, yakni tempat tinggal, keamanan, ekonomi, religi, rekreasi.
2. Penunjang, adalah komponen yang bersifat melengkapi namun tidak vital, seperti pintu gerbang pabean, loji dan benteng VOC, serta lumbung.
1.
2.
3. Tata
4. Oleh karena itu, untuk menemukan gambaran fisik
1. suatu dasar ekologi yang menguntungkan;
2. suatu teknologi maju (relatif pada bentuk-bentuk pra-perkotaan) dalam kedua suasana baik agrikultur maupun non-agrikultur; dan
3. suatu organisasi sosial yang kompleks dan di atas segalanya ada struktur kekuasaan yang betul-betul berkembang.
Di dalam perkembangannya maka
1. Production center, yakni
2. Center of trade and commerce, yakni sebagai pusat perdagangan dan niaga, yang melayani daerah sekitarnya.
3. Political capitol, yakni sebagai pusat pemerintahan atau ibukota negara.
4. Cultural center,
5. Health and recreation, yakni
6. Divercified cities, yakni
Definisi tentang
Adrisiyanti, I. (2000). Arkeologi Perkotaan Mataram Islam. Jendela: Yogyakarta.
Ansy’ari, S.I. (1993). Sosiologi Kota dan Desa. Surabaya: Usaha Nasional.
Anthony, J.C. & Snyder, J.C. 1986. Pengantar Perencanaan
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah.
Pada kesempatan kali ini, akan di bahas mengenai Konsep Arsitektur Modern Minimalis yang sekarang menjadi trend Gaya Arsitektur.
Gaya Minimalis kembali menjadi primadona setelah pada era 80-an sempat menjadi trend rumah atau bangunan. Pada era awal abad 21 ini gaya arsitektur dengan konsep minimalis kembali menjadi pilihan yang banyak dipakai sebagai gaya Arsitektur, baik itu perumahan, perkantoran, rumah makan dan lain sebagainya. Tetapi ada yang berbeda antara konsep Arsitektur Minimalis pada era 80-an dengan konsep arsitektur Minimalis yang banyak dipakai pada saat sekarang. Pada saat ini Konsep Arsitektur Minimalis yang merupakan saduran dari era sebelumnya telah diberi sentuhan modernisme dan lebih dikenal dengan Konsep Arsitektur Modern Minimalis
Pada saat ini Konsep Arsitektur minimalis lebih banyak dipadukan dengan bahan/ material modern dan dengan gaya yang lebih dinamis, yaitu dengan pemakaian bentuk-bentuk arsitektural yang lebih bervariasi dan tidak kaku. Apabila kita melihat bentuk arsitektur thn 80-an, kida melihat suatu gaya yang berkonsep minimalis yang mengarah ke konsep Art Deko, dengan bentuk-bentuk yang lebih kaku dan monoton.
Keutamaan dari konsep ini adalah, dengan gaya yang sederhana dan simple sehingga dapat dinikmati dan dipahami oleh hampir semua kalangan, sehingga tidak akan membuat jenuh serta membuat cepat bosan bagi yang melihatnya. Demikian juga konsep Arsitektur ini dapat bertahan lama karena dengan kesederhanaan dan simple, hal ini terbukti dengan menjadi trend dalam konsep arsitektur dalam beberapa era.
Sebenarnya Gaya Arsitektur Minimalis ini sebagian merupakan saduran dari Arsitektur Tradisional Jepang yang lebih mengetengahkan kesederhanaan dan simpel. Akankah Arsitektur Tradisional Indonesia dapat menjadi tuan rumah dinegeri orang ? Seperti halnya Arsitektur Tradisional Jepang yang dipadukan dengan arsitektur setempat yang telah menjadi tuan rumah dinegeri kita…… PR buat kita semua……..
Mega Trend – Minimalis Modern Style VIDEO
Walaupun istilah kontemporer sama artinya dengan modern atau sesuatu yang up to date, tapi dalam disain kerap dibedakan. Istilah ini digunakan untuk menandai sebuah disain yang lebih maju, variatif, fleksibel dan inovatif, baik secara bentuk maupun tampilan, jenis material, pengolahan material, maupun teknologi yang dipakai.
Desain yang Kontemporer menampilkan gaya yang lebih baru. Gaya lama yang diberi label kontemporer akan menghasilkan bentuk disain yang lebih segar dan berbeda dari kebiasaan. Misalnya, modern kontemporer, klasisk kontemporer atau etnik kontemporer. Semua menyajikan gaya kombinasi dengan kesan kekinian.
Disain-disain arsitektur cabang dari modern yang lebih komplek dan inovatif biasa juga disebut sebagai disain yang kontemporer. Misalnya, dekonstruksi, post modern, atau modern high tech. Disain Mal eX di Jakarta, misalnya, menampilkan gaya arsitektur Dekonstruksi dan termasuk juga ke dalam gaya kontemporer. Disainnya berupa ; deretan yang berbentuk kubus yang diacak tak teratur; diberi warna berbeda sehingga terlihat atraktif; bentuk jendela tak beraturan di permukaan kubus.
Arsitektur kontemporer menonjolkan bentuk unik, diluar kebiasaan, atraktif, dan sangat komplek. Pewrmainan warna dan bentuk menjadi modal memciptalkan daya tarik bangunan. Selain itu permainan tekstur sangat dibutuhkan. Tekstur dapat diciptakan dengan sengaja. Misalnya, akar rotan yang dijalin berbentuk bidangbertekstur seperti benang kusut. Bisa juga dengan memilih material alami yang bertekstur khas, seperti kayu.
Untuk menciptakan gaya kontemporer, tak harus dengan material baru. Jenis material bangunan boleh sama , tapi dengan disain yang baru.
Arsitektur Kontemporer VIDEO
Pasar Malam Besar Tong Tong Event kebudayaan Indo-Belanda dan Indonesia terbesar di Belanda Oleh: Jean van de Kok, 13 Juni 2003
Setiap tahun, pada bulan Juni, di kota Den Haag diselenggarakan Pasar Malam Besar. Anda di Indonesia tidak mengenal lagi fenomena pasar malam seperti yang diselenggarakan di negeri kincir angin ini. Pasar malam besar ini mirip dengan pasar malam sebelum perang dunia kedua di Batavia. Jadi jelas, event in adalah peristiwa nostalgia dari kelompok Indo Belanda, mereka yang berdarah campuran Belanda/Eropa – Indonesia.
Budaya campuran Indis
Vincent Mahieu yang lebih dikenal dengan nama samaran Tjalie Robinson, seorang pemuka Indo-Belanda sekaligus penulis sastra beken di Belanda, adalah salah seorang inisiatornya. Ia ingin mempertahankan kebudayaan campuran Indis yang menurut catatan sejarah pernah berkembang di beberapa tempat di Nusantara. Di Batavia misalnya daerah Tugu dengan penduduk campuran Portugis/Belanda – Indonesia, terkenal dengan budaya campurannya yang antara lain membuahkan keroncong, musik khas yang juga disebut keroncong morisko, nama yang berasal dari bahasa Portugis. Sampai sekarang kelompok Indis menganggap keroncong sebagai khas musik Indo.
Pelepas rindu
Sebagian besar kelompok campuran Indo-Belanda di Nusantara tetap mempertahankan kewarganegaraan Belandanya setelah Indonesia merdeka. Ketika Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda, mereka yang memegang paspor Belanda harus meninggalkan Indonesia. Demikian juga orang Indo Belanda yang bukan WNI. Sekitar setengah juta warga Indo-Belanda kini menetap di Belanda, dan untuk sebagian besar dari mereka, pasar malam besar Tong-Tong di Den Haag merupakan kesempatan untuk melepas rindu mereka akan tanah kelahiran mereka atau dari orang tua dan kakek/nenek.
Den Haag mendapat julukan kota Indis, karena banyaknya orang Indo-Belanda yang menetap di ibu kota pemerintahan Belanda ini. Orang Indo-Belanda mayoritas adalah “ambtenaar” di Hindia Belanda dan ketika mereka hijrah ke Belanda sebagian besar meneruskan karir sebagai pegawai negeri di berbagai departemen pemerintahan Belanda di Den Haag.
Tiga ciri khas
Pasar malam besar Tong Tong menyorot tiga ciri khas dalam kebudayaan Indo- Belanda: makan, kebudayaan dan bahasa. Berbagai restoran dan acara belajar masak bisa anda jumpai di pasar malam ini, dari makanan khas Padang, Jawa Timur sampai ke makanan Indis, makanan campuran gaya Indonesia dan Belanda. Ihwal budaya, pasar malam ini menyediakan berbagai panggung dan teater, serta mengundang para artis Indonesia dan Belanda yang berlatar belakang Indonesia untuk memamerkan kebolehan mereka.
Setiap tahun diundang orkes keroncong dari Indonesia, Belanda atau negara lain, misalnya Malaysia. Dan akhir-akhir ini dangdut pun mendapat perhatian juga. Inul penyanyi dangdut kontroversial Indonesia pernah manggung dengan kelompok dangdut bulé. Bahasa khas kelompok Indis ini adalah campuran Belanda dengan bahasa Jawa atau Melayu: bahasa Pecok. Bahasa ini masih bisa didengar selama pasar malam besar ini atau dibaca dalam beberapa buku khas. Namun di samping itu, ratusan buku dalam bahasa Belanda dan Inggris yang menyorot Indonesia dan Hindia Belanda semasa tempo doeloe, bisa kita beli di toko buku khusus di pasar malam ini.
Dibuka Ratu Beatrix
Pasar Malam Besar tahun ini diselenggarakan untuk yang ke 45 kali. Dalam rangka itu Ratu Belanda Beatrix membuka Pasar Malam ini dengan memotong nasi tumpeng yang ia serahkan kepada direktur Pasar Malam Besar Tong-Tong ibu Ellen Derksen. Kehadiran ratu Belanda merupakan kehormatan besar bagi kelompok Indo-Belanda karena selama ini mereka merasa tidak dianggap serius, sering dikaitkan dengan masa kolonial Belanda di Indonesia, dan tidak digubris permasalahan sosial mereka selama berintegrasi dalam masyarakat Belanda. Mereka bahkan dipaksa untuk berasimilasi, demikian Ellen Derksen dalam pidato pembukaannya.
Nah, pasar malam Besar Tong Tong sebagai aset kebudayaan Indis di Belanda membuktikan paksaan untuk berasimilasi ini tidak berhasil, tanpa subsidi sepeser pun dari pemerintah Belanda, Pasar Malam besar Tong-Tong berjalan mulus sampai abad ke 21, untuk yang ke 45 kalinya, demikian direktur yayasan pasar malam besar Tong-Tong ini.
Pasar Malam Besar Tong Tong VIDEO
Akhmad Sekhu Arsitek, alumnus Jurusan Arsitektur Universitas Widya Mataram Yogyakarta
DALAM sebuah acara seminar arsitektur, Budi A. Sukada, Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Pusat, mengutarakan protes. Ia mendengar seorang pembawa acara yang mengucapkan organisasi yang dipimpinnya itu dengan nama: Ikatan Arsitektur Indonesia. Sang ketua menjelaskan bahwa terminologi yang benar adalah Ikatan Arsitek Indonesia, karena yang diikat dalam organisasi tersebut adalah orangnya, profesinya, yaitu arsitek. Bukan arsitektur, karena arsitektur itu adalah benda sebagai hasil karya dari arsitek. Arsitektur adalah seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, atau arsitek itu metode dan gaya rancangan sebuah konstruksi bangunan. Konon, kasus kesalahan pengucapan ini sering terjadi. Ini menunjukkan bahwa masyarakat kita masih rendah tingkat kesadaran dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Singkatan organisasi ikatan profesi lainnya, misalnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bukan Ikatan Kedokteran Indonesia; Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) bukan Ikatan Akuntansi Indonesia; Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin) bukan Ikatan Advokasi Indonesia. Lain konteksnya kalau singkatan organisasi kesarjanaan pada ilmu tertentu, misalnya Ikatan Sastra Ekonomi Indonesia (ISEI), Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI), Ikatan Sarjana Oseanografi Indonesia (ISOI), Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), ataupun Ikatan Sarjana Sastra Indonesia (ISSI).
Di surat kabar terbitan Ibu Kota beberapa tahun lalu, saya membaca adanya seorang selebritas cilik yang baru ”naik daun” yang ditanya wartawan tentang apa cita-citanya. Jawabannya: menjadi arsitektur. Mengapa masyarakat kita sering salah dalam mengucapkan istilah keilmuan? Dan kenapa sang wartawan yang menulis berita itu tidak menyunting kesalahan pengucapan narasumbernya? Mungkin sang selebritas cilik menjawab bercita-cita ingin jadi arsitektur, karena mendengar nama profesi seperti direktur, inspektur, kondektur, yang semuanya berakhiran tur menunjukkan bahwa itu orangnya, profesinya. Tapi ia tidak tahu bahwa arsitektur itu ”benda” hasil karya dari sang arsitek.
Sebenarnya, mendiang Y.B. Mangunwijaya pernah mengingatkan kita tentang istilah arsitektur yang berasal dari bahasa Yunani mempunyai arti terbatas, yaitu terdiri atas kata arkhe yang berarti asli, awal, utama, otentik; dan kata tektoon yang berarti berdiri stabil, kukuh, statis, sehingga arkhitekton berarti pembangunan utama, tukang ahli bangunan. Kemudian istilah arsitektur dihadapkan dengan istilah wastu, yang artinya lebih luas. Wastu yang berasal dari kata vasthu dari bahasa Sanskerta itu diartikan norma, tata bangunan, tata ruang, tata seluruh pengejawantahan yang berbentuk jadi punya arti luas dan komprehensif. Istilah wastu datang dari dalam, dari inti, jati diri, sikap hidup, bahkan bisa dikatakan sebagai kebudayaan bangsa. Peringatan Romo Mangun ini disampaikan lewat makalahnya berjudul ”Salah Satu Konsepsi Arsitektur Indonesia” yang disajikan dalam Kongres Nasional II Ikatan Arsitek Indonesia di Yogyakarta, pada 2 Desember 1982.
Tapi kita tampaknya lebih suka menyebut arsitektur. Itu berarti istilah tersebut seragam di seluruh dunia. Kalimat ”arsitek menghasilkan karya rancangan arsitektur” sesungguhnya bisa diganti menjadi ”seorang wastuwidyawan menghasilkan karya rancangan wastu”. Kalau saja kita mengikuti anjuran Romo Mangun untuk memakai istilah wastu tentu kita akan memiliki ciri khas bahasanya sendiri.
Apalagi tak ada yang mewajibkan bahwa sebuah istilah harus seragam di seluruh dunia. Istilah lokal justru akan memperkaya khazanah bahasa Indonesia. Jika kita sepakat dengan Romo Mangun untuk menggunakan sebutan wastuwidyawan, tentu tidak akan terjadi salah ucap.
Seputar Istilah Arsitektur VIDEO
BANGUNAN adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri. Sehingga peran arsitek tersisih dalam produksi bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya atau politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu. Padahal arsitektur adalah hal sehari-hari yang dekat dengan kita.
Menjawab fenomena tersebut, ILUNI Arsitektur UI menggelar Pameran Empat Dekade Arsitektur. Acara ini didesain untuk menjadi sebuah "Extravant Alumnae Exhibition". Pembukaannya sendiri melibatkan sebuah seremoni yang sangat unik. Pameran Arsitektur Empat Dekade ini dibuka oleh Wakil Presiden RI Dr HC Jusuf Kalla, disaksikan oleh para pejabat lingkungan Universitas Indonesia. "Pameran Empat Dekade UI sebagai bentuk karya nyata arsitek-arsitek UI yang dapat diapresiasi oleh masyarakat sehingga memberi gambaran perkembangan dan khasanah arsitektur Indonesia," ungkap Jusuf Kalla, ketika ditemui okezone dalam pembukaan Pameran Arsitektur Empat Dekade, di Galeri Nasional Jakarta Pusat, Rabu (19/3/2008).
Pada saat membuka acara, Wapres disambut dengan sebuah "simfoni konstruksi" yang dimainkan oleh dua puluh mahasiswa yang dilatih oleh salah seorang alumni Arsitektur UI, konduktor dan musisi kenamaan Erwin Gutawa. Alunan merdu terdengar di seluruh penjuru melalui musik perkusi yang diolah dari berbagai perkakas metal. Belum cukup unik, mereka juga memainkan instalasi konstruktif yang disusun atas kumpulan scaffholding yang biasa digunakan sebagai alat konstruksi. Pameran yang mengambil tema underconstruction ini berdasar alasan arsitektur tidak pernah menjadi sebuah proses instan. Arsitektur memegang peranan penting dalam menyusun karakter dan pribadi bangsa. Ia adalah bagian dari konstruksi sosial budaya yang menyusun fisik kota -dalam skala kecil- hingga negara, dan wajah bangsa.
Karena itu, arsitektur bukan milik terbatas segelintir kelompok eksklusif, melainkan tanggungjawab bersama. "Pameran ini bertujuan membagikan pemahaman kepada masyarakat agar lebih mengapresiasi dan turut terlibat dalam proses membangun negara ini menuju tataran yang lebih baik," kata Ir H Achmad Noerzaman, MM, Ketua ILUNI Arsitektur UI. Menurutnya, pada tahun 2008, Departemen Arsitektur telah berusia 43 tahun. "Sebagai institusi yang telah menghasilkan tidak kurang dari 1200 arsitek yang tersebar di seluruh Indonesia dalam kurun waktu itu, tentu dia telah mengalami berbagai tantangan, tonggak keberhasilan dan pencapaian yang perlu dicatat dan diabadikan," jelas ketua ILUNI Arsitektur UI tahun 2005-2008 itu. Masih menurutnya, pameran ini terbagi menjadi dua yaitu pameran karya arsitektur yang terdiri dari 120 karya dari hampir 65 arsitek alumni UI selama empat dekade.
Dengan lingkup proyek berskala kecil seperti kamar mandi hingga penataan kota, mulai dari bangunan tradisional hingga ultra modern tidak luput bangunan sosial hingga komersial. Sementara bagian kedua adalah instalasi yang tersebar di dalam (yang lebih bersifat self critic dan di luar bangunan) dan lebih mengeksplorasi karakter material ke tingkat paling ekstrim sebagai sebuah upaya untuk menangkap jiwa dari bahan tersebut. "Harapan kami segala pemikiran, inovasi dan kreativitas yang dituangkan dalam karya-karya alumni arsitek UI menjadi sumbangsih positif guna membangun Indonesia yang lebih maju, berbudaya, dan bermartabat," paparnya seraya menuturkan karya-karya terseleksi menunjukkan kualitas dan keandalan para arsitek yang akan menambah wawasan bagi khasanah arsitektur Indonesia.
Pameran 4 Dekade Arsitektur Indonesia VIDEO
”Quo Vadis” Arsitektur Indonesia
Oleh Yustinus Ade Stirman