Mega Trend – Minimalis Modern Style


Mega Trend – Minimalis Modern Style

Pada kesempatan kali ini, akan di bahas mengenai Konsep Arsitektur Modern Minimalis yang sekarang menjadi trend Gaya Arsitektur.

Gaya Minimalis kembali menjadi primadona setelah pada era 80-an sempat menjadi trend rumah atau bangunan. Pada era awal abad 21 ini gaya arsitektur dengan konsep minimalis kembali menjadi pilihan yang banyak dipakai sebagai gaya Arsitektur, baik itu perumahan, perkantoran, rumah makan dan lain sebagainya. Tetapi ada yang berbeda antara konsep Arsitektur Minimalis pada era 80-an dengan konsep arsitektur Minimalis yang banyak dipakai pada saat sekarang. Pada saat ini Konsep Arsitektur Minimalis yang merupakan saduran dari era sebelumnya telah diberi sentuhan modernisme dan lebih dikenal dengan Konsep Arsitektur Modern Minimalis

Pada saat ini Konsep Arsitektur minimalis lebih banyak dipadukan dengan bahan/ material modern dan dengan gaya yang lebih dinamis, yaitu dengan pemakaian bentuk-bentuk arsitektural yang lebih bervariasi dan tidak kaku. Apabila kita melihat bentuk arsitektur thn 80-an, kida melihat suatu gaya yang berkonsep minimalis yang mengarah ke konsep Art Deko, dengan bentuk-bentuk yang lebih kaku dan monoton.

Keutamaan dari konsep ini adalah, dengan gaya yang sederhana dan simple sehingga dapat dinikmati dan dipahami oleh hampir semua kalangan, sehingga tidak akan membuat jenuh serta membuat cepat bosan bagi yang melihatnya. Demikian juga konsep Arsitektur ini dapat bertahan lama karena dengan kesederhanaan dan simple, hal ini terbukti dengan menjadi trend dalam konsep arsitektur dalam beberapa era.

Sebenarnya Gaya Arsitektur Minimalis ini sebagian merupakan saduran dari Arsitektur Tradisional Jepang yang lebih mengetengahkan kesederhanaan dan simpel. Akankah Arsitektur Tradisional Indonesia dapat menjadi tuan rumah dinegeri orang ? Seperti halnya Arsitektur Tradisional Jepang yang dipadukan dengan arsitektur setempat yang telah menjadi tuan rumah dinegeri kita…… PR buat kita semua……..

Mega Trend – Minimalis Modern Style VIDEO





Arsitektur Kontemporer



Arsitektur Kontemporer

Gaya Kontemporer adalah istilah yang bebas dipakai untuk sejumlah gaya yang berkembang antara tahun 1940-1980an. Gaya kontemporer juga sering diterjemahkan sebagai istilah arsitektur modern (Illustrated Dictionary of Architecture, Ernest Burden).

Walaupun istilah kontemporer sama artinya dengan modern atau sesuatu yang up to date, tapi dalam disain kerap dibedakan. Istilah ini digunakan untuk menandai sebuah disain yang lebih maju, variatif, fleksibel dan inovatif, baik secara bentuk maupun tampilan, jenis material, pengolahan material, maupun teknologi yang dipakai.

Desain yang Kontemporer menampilkan gaya yang lebih baru. Gaya lama yang diberi label kontemporer akan menghasilkan bentuk disain yang lebih segar dan berbeda dari kebiasaan. Misalnya, modern kontemporer, klasisk kontemporer atau etnik kontemporer. Semua menyajikan gaya kombinasi dengan kesan kekinian.

Disain-disain arsitektur cabang dari modern yang lebih komplek dan inovatif biasa juga disebut sebagai disain yang kontemporer. Misalnya, dekonstruksi, post modern, atau modern high tech. Disain Mal eX di Jakarta, misalnya, menampilkan gaya arsitektur Dekonstruksi dan termasuk juga ke dalam gaya kontemporer. Disainnya berupa ; deretan yang berbentuk kubus yang diacak tak teratur; diberi warna berbeda sehingga terlihat atraktif; bentuk jendela tak beraturan di permukaan kubus.

Arsitektur kontemporer menonjolkan bentuk unik, diluar kebiasaan, atraktif, dan sangat komplek. Pewrmainan warna dan bentuk menjadi modal memciptalkan daya tarik bangunan. Selain itu permainan tekstur sangat dibutuhkan. Tekstur dapat diciptakan dengan sengaja. Misalnya, akar rotan yang dijalin berbentuk bidangbertekstur seperti benang kusut. Bisa juga dengan memilih material alami yang bertekstur khas, seperti kayu.

Untuk menciptakan gaya kontemporer, tak harus dengan material baru. Jenis material bangunan boleh sama , tapi dengan disain yang baru.

Arsitektur Kontemporer VIDEO





Pasar Malam Besar Tong Tong

Pasar Malam Besar Tong Tong

Juni 13, 2003

Pasar Malam Besar Tong Tong Event kebudayaan Indo-Belanda dan Indonesia terbesar di Belanda Oleh: Jean van de Kok, 13 Juni 2003

Setiap tahun, pada bulan Juni, di kota Den Haag diselenggarakan Pasar Malam Besar. Anda di Indonesia tidak mengenal lagi fenomena pasar malam seperti yang diselenggarakan di negeri kincir angin ini. Pasar malam besar ini mirip dengan pasar malam sebelum perang dunia kedua di Batavia. Jadi jelas, event in adalah peristiwa nostalgia dari kelompok Indo Belanda, mereka yang berdarah campuran Belanda/Eropa – Indonesia.

Budaya campuran Indis

Vincent Mahieu yang lebih dikenal dengan nama samaran Tjalie Robinson, seorang pemuka Indo-Belanda sekaligus penulis sastra beken di Belanda, adalah salah seorang inisiatornya. Ia ingin mempertahankan kebudayaan campuran Indis yang menurut catatan sejarah pernah berkembang di beberapa tempat di Nusantara. Di Batavia misalnya daerah Tugu dengan penduduk campuran Portugis/Belanda – Indonesia, terkenal dengan budaya campurannya yang antara lain membuahkan keroncong, musik khas yang juga disebut keroncong morisko, nama yang berasal dari bahasa Portugis. Sampai sekarang kelompok Indis menganggap keroncong sebagai khas musik Indo.

Pelepas rindu

Sebagian besar kelompok campuran Indo-Belanda di Nusantara tetap mempertahankan kewarganegaraan Belandanya setelah Indonesia merdeka. Ketika Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda, mereka yang memegang paspor Belanda harus meninggalkan Indonesia. Demikian juga orang Indo Belanda yang bukan WNI. Sekitar setengah juta warga Indo-Belanda kini menetap di Belanda, dan untuk sebagian besar dari mereka, pasar malam besar Tong-Tong di Den Haag merupakan kesempatan untuk melepas rindu mereka akan tanah kelahiran mereka atau dari orang tua dan kakek/nenek.

Den Haag mendapat julukan kota Indis, karena banyaknya orang Indo-Belanda yang menetap di ibu kota pemerintahan Belanda ini. Orang Indo-Belanda mayoritas adalah “ambtenaar” di Hindia Belanda dan ketika mereka hijrah ke Belanda sebagian besar meneruskan karir sebagai pegawai negeri di berbagai departemen pemerintahan Belanda di Den Haag.

Tiga ciri khas

Pasar malam besar Tong Tong menyorot tiga ciri khas dalam kebudayaan Indo- Belanda: makan, kebudayaan dan bahasa. Berbagai restoran dan acara belajar masak bisa anda jumpai di pasar malam ini, dari makanan khas Padang, Jawa Timur sampai ke makanan Indis, makanan campuran gaya Indonesia dan Belanda. Ihwal budaya, pasar malam ini menyediakan berbagai panggung dan teater, serta mengundang para artis Indonesia dan Belanda yang berlatar belakang Indonesia untuk memamerkan kebolehan mereka.

Setiap tahun diundang orkes keroncong dari Indonesia, Belanda atau negara lain, misalnya Malaysia. Dan akhir-akhir ini dangdut pun mendapat perhatian juga. Inul penyanyi dangdut kontroversial Indonesia pernah manggung dengan kelompok dangdut bulé. Bahasa khas kelompok Indis ini adalah campuran Belanda dengan bahasa Jawa atau Melayu: bahasa Pecok. Bahasa ini masih bisa didengar selama pasar malam besar ini atau dibaca dalam beberapa buku khas. Namun di samping itu, ratusan buku dalam bahasa Belanda dan Inggris yang menyorot Indonesia dan Hindia Belanda semasa tempo doeloe, bisa kita beli di toko buku khusus di pasar malam ini.

Dibuka Ratu Beatrix

Pasar Malam Besar tahun ini diselenggarakan untuk yang ke 45 kali. Dalam rangka itu Ratu Belanda Beatrix membuka Pasar Malam ini dengan memotong nasi tumpeng yang ia serahkan kepada direktur Pasar Malam Besar Tong-Tong ibu Ellen Derksen. Kehadiran ratu Belanda merupakan kehormatan besar bagi kelompok Indo-Belanda karena selama ini mereka merasa tidak dianggap serius, sering dikaitkan dengan masa kolonial Belanda di Indonesia, dan tidak digubris permasalahan sosial mereka selama berintegrasi dalam masyarakat Belanda. Mereka bahkan dipaksa untuk berasimilasi, demikian Ellen Derksen dalam pidato pembukaannya.

Nah, pasar malam Besar Tong Tong sebagai aset kebudayaan Indis di Belanda membuktikan paksaan untuk berasimilasi ini tidak berhasil, tanpa subsidi sepeser pun dari pemerintah Belanda, Pasar Malam besar Tong-Tong berjalan mulus sampai abad ke 21, untuk yang ke 45 kalinya, demikian direktur yayasan pasar malam besar Tong-Tong ini.

Pasar Malam Besar Tong Tong VIDEO






Seputar Istilah Arsitektur

Seputar Istilah Arsitektur

Akhmad Sekhu Arsitek, alumnus Jurusan Arsitektur Universitas Widya Mataram Yogyakarta

DALAM sebuah acara seminar arsitektur, Budi A. Sukada, Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Pusat, mengutarakan protes. Ia mendengar seorang pembawa acara yang mengucapkan organisasi yang dipimpinnya itu dengan nama: Ikatan Arsitektur Indonesia. Sang ketua menjelaskan bahwa terminologi yang benar adalah Ikatan Arsitek Indonesia, karena yang diikat dalam organisasi tersebut adalah orangnya, profesinya, yaitu arsitek. Bukan arsitektur, karena arsitektur itu adalah benda sebagai hasil karya dari arsitek. Arsitektur adalah seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, atau arsitek itu metode dan gaya rancangan sebuah konstruksi bangunan. Konon, kasus kesalahan pengucapan ini sering terjadi. Ini menunjukkan bahwa masyarakat kita masih rendah tingkat kesadaran dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Singkatan organisasi ikatan profesi lainnya, misalnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bukan Ikatan Kedokteran Indonesia; Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) bukan Ikatan Akuntansi Indonesia; Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin) bukan Ikatan Advokasi Indonesia. Lain konteksnya kalau singkatan organisasi kesarjanaan pada ilmu tertentu, misalnya Ikatan Sastra Ekonomi Indonesia (ISEI), Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI), Ikatan Sarjana Oseanografi Indonesia (ISOI), Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), ataupun Ikatan Sarjana Sastra Indonesia (ISSI).

Di surat kabar terbitan Ibu Kota beberapa tahun lalu, saya membaca adanya seorang selebritas cilik yang baru ”naik daun” yang ditanya wartawan tentang apa cita-citanya. Jawabannya: menjadi arsitektur. Mengapa masyarakat kita sering salah dalam mengucapkan istilah keilmuan? Dan kenapa sang wartawan yang menulis berita itu tidak menyunting kesalahan pengucapan narasumbernya? Mungkin sang selebritas cilik menjawab bercita-cita ingin jadi arsitektur, karena mendengar nama profesi seperti direktur, inspektur, kondektur, yang semuanya berakhiran tur menunjukkan bahwa itu orangnya, profesinya. Tapi ia tidak tahu bahwa arsitektur itu ”benda” hasil karya dari sang arsitek.

Sebenarnya, mendiang Y.B. Mangunwijaya pernah mengingatkan kita tentang istilah arsitektur yang berasal dari bahasa Yunani mempunyai arti terbatas, yaitu terdiri atas kata arkhe yang berarti asli, awal, utama, otentik; dan kata tektoon yang berarti berdiri stabil, kukuh, statis, sehingga arkhitekton berarti pembangunan utama, tukang ahli bangunan. Kemudian istilah arsitektur dihadapkan dengan istilah wastu, yang artinya lebih luas. Wastu yang berasal dari kata vasthu dari bahasa Sanskerta itu diartikan norma, tata bangunan, tata ruang, tata seluruh pengejawantahan yang berbentuk jadi punya arti luas dan komprehensif. Istilah wastu datang dari dalam, dari inti, jati diri, sikap hidup, bahkan bisa dikatakan sebagai kebudayaan bangsa. Peringatan Romo Mangun ini disampaikan lewat makalahnya berjudul ”Salah Satu Konsepsi Arsitektur Indonesia” yang disajikan dalam Kongres Nasional II Ikatan Arsitek Indonesia di Yogyakarta, pada 2 Desember 1982.

Tapi kita tampaknya lebih suka menyebut arsitektur. Itu berarti istilah tersebut seragam di seluruh dunia. Kalimat ”arsitek menghasilkan karya rancangan arsitektur” sesungguhnya bisa diganti menjadi ”seorang wastuwidyawan menghasilkan karya rancangan wastu”. Kalau saja kita mengikuti anjuran Romo Mangun untuk memakai istilah wastu tentu kita akan memiliki ciri khas bahasanya sendiri.

Apalagi tak ada yang mewajibkan bahwa sebuah istilah harus seragam di seluruh dunia. Istilah lokal justru akan memperkaya khazanah bahasa Indonesia. Jika kita sepakat dengan Romo Mangun untuk menggunakan sebutan wastuwidyawan, tentu tidak akan terjadi salah ucap.

Seputar Istilah Arsitektur VIDEO






Pameran 4 Dekade Arsitektur Indonesia

Pameran 4 Dekade Arsitektur Indonesia

BANGUNAN adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri. Sehingga peran arsitek tersisih dalam produksi bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya atau politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu. Padahal arsitektur adalah hal sehari-hari yang dekat dengan kita. 

Menjawab fenomena tersebut, ILUNI Arsitektur UI menggelar Pameran Empat Dekade Arsitektur. Acara ini didesain untuk menjadi sebuah "Extravant Alumnae Exhibition". Pembukaannya sendiri melibatkan sebuah seremoni yang sangat unik. Pameran Arsitektur Empat Dekade ini dibuka oleh Wakil Presiden RI Dr HC Jusuf Kalla, disaksikan oleh para pejabat lingkungan Universitas Indonesia. "Pameran Empat Dekade UI sebagai bentuk karya nyata arsitek-arsitek UI yang dapat diapresiasi oleh masyarakat sehingga memberi gambaran perkembangan dan khasanah arsitektur Indonesia," ungkap Jusuf Kalla, ketika ditemui okezone dalam pembukaan Pameran Arsitektur Empat Dekade, di Galeri Nasional Jakarta Pusat, Rabu (19/3/2008). 

 Pada saat membuka acara, Wapres disambut dengan sebuah "simfoni konstruksi" yang dimainkan oleh dua puluh mahasiswa yang dilatih oleh salah seorang alumni Arsitektur UI, konduktor dan musisi kenamaan Erwin Gutawa. Alunan merdu terdengar di seluruh penjuru melalui musik perkusi yang diolah dari berbagai perkakas metal. Belum cukup unik, mereka juga memainkan instalasi konstruktif yang disusun atas kumpulan scaffholding yang biasa digunakan sebagai alat konstruksi. Pameran yang mengambil tema underconstruction ini berdasar alasan arsitektur tidak pernah menjadi sebuah proses instan. Arsitektur memegang peranan penting dalam menyusun karakter dan pribadi bangsa. Ia adalah bagian dari konstruksi sosial budaya yang menyusun fisik kota -dalam skala kecil- hingga negara, dan wajah bangsa. 

Karena itu, arsitektur bukan milik terbatas segelintir kelompok eksklusif, melainkan tanggungjawab bersama. "Pameran ini bertujuan membagikan pemahaman kepada masyarakat agar lebih mengapresiasi dan turut terlibat dalam proses membangun negara ini menuju tataran yang lebih baik," kata Ir H Achmad Noerzaman, MM, Ketua ILUNI Arsitektur UI. Menurutnya, pada tahun 2008, Departemen Arsitektur telah berusia 43 tahun. "Sebagai institusi yang telah menghasilkan tidak kurang dari 1200 arsitek yang tersebar di seluruh Indonesia dalam kurun waktu itu, tentu dia telah mengalami berbagai tantangan, tonggak keberhasilan dan pencapaian yang perlu dicatat dan diabadikan," jelas ketua ILUNI Arsitektur UI tahun 2005-2008 itu. Masih menurutnya, pameran ini terbagi menjadi dua yaitu pameran karya arsitektur yang terdiri dari 120 karya dari hampir 65 arsitek alumni UI selama empat dekade. 

Dengan lingkup proyek berskala kecil seperti kamar mandi hingga penataan kota, mulai dari bangunan tradisional hingga ultra modern tidak luput bangunan sosial hingga komersial. Sementara bagian kedua adalah instalasi yang tersebar di dalam (yang lebih bersifat self critic dan di luar bangunan) dan lebih mengeksplorasi karakter material ke tingkat paling ekstrim sebagai sebuah upaya untuk menangkap jiwa dari bahan tersebut. "Harapan kami segala pemikiran, inovasi dan kreativitas yang dituangkan dalam karya-karya alumni arsitek UI menjadi sumbangsih positif guna membangun Indonesia yang lebih maju, berbudaya, dan bermartabat," paparnya seraya menuturkan karya-karya terseleksi menunjukkan kualitas dan keandalan para arsitek yang akan menambah wawasan bagi khasanah arsitektur Indonesia. 

Pameran 4 Dekade Arsitektur Indonesia VIDEO





”Quo Vadis” Arsitektur Indonesia




”Quo Vadis” Arsitektur Indonesia

Oleh Yustinus Ade Stirman 

 Setiap tanggal 5 Juni, kita memperingatinya sebagai Hari Lingkungan Dunia. Menyambut hari lingkungan ini, ada baiknya kita melihat kembali perjalanan arsitektur dan kota Indonesia yang saat ini kondisinya lagi linglung, tidak lagi mencerminkan kepribadian bangsa. Arsitektur dan kota, ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan yang melambangkan atau mencerminkan masyarakat penghuninya. Bahkan arsitektur dan kota menggambarkan citra suatu kota atau bangsa. Kota Roma, misalnya, sangat terkenal dengan arsitek bangunannya yang kokoh, megah yang umurnya sudah berabad-abad, merupakan warisan sejarah kejayaan bangsa Romawi. 

 Bangunan yang kokoh dan megah itu, melambangkan citra orang Italia yang pada masa jayanya terkenal sebagai bangsa yang memiliki prajurit atau bala tentara yang tangguh tak terkalahkan di medan perang, yang berhasil menaklukkan dunia pada saat itu. Kepribadiannya sebagai bangsa yang kokoh dan tangguh itu, tercermin dalam arsitektur yang kokoh dan tangguh sebagai bangsa yang besar. Hal yang sama juga terlihat pada arsitektur dan kota di Indonesia khususnya di Pulau Bali. Hanya bedanya, arsitektur kota Bali yang penuh dengan lukisan, ukiran, patung-patung yang bernilai seni tinggi mencerminkan penduduknya yang mencintai dan menjunjung tinggi nilai seni dan keindahan yang diwariskan nenek moyangnya secara turun-temurun. 

Citra penduduk Bali yang menyukai dan menghayati nilai-nilai seni itu terwujud dalam arsitektur bangunannya yang sarat dengan seni. Romo Y.B. Mangunwidjaya (almarhum) salah seorang pakar arsitek nasional, mengemukakan dua hal pokok yang perlu diperhatikan dalam merencanakan dan merancang karya yang bernilai arsitektur; yaitu guna dan citra. Guna menunjukkan pada keuntungan, pemanfaan dan pelayanan yang dapat kita peroleh dari bangunan. Guna dalam arti aslinya, tidak hanya bermanfaat tetapi juga punya daya yang menyebabkan kita bisa hidup lebih nyaman. Sedangkan citra menunjukkan suatu gambaran (image), suatu kesan penghayatan yang mempunyai arti bagi seseorang. Misalnya, citra gedung istana yang megah melambangkan kemegahan, kewibawaan seorang kepala negara. Sedangkan gubuk yang reyot adalah citra yang menggambarkan penghuninya yang miskin serta reyot juga keadaannya. 

 Singkatnya, kalau arsitektur dan kota kita kacau-balau, hal ini kemungkinan besar merupakan pencerminan yang wajar dan jujur dari keadaan masyarakat yang sedang linglung. Dan inilah gambaran arsitektur dan kota Indonesia saat ini sebagai bangsa yang linglung yang kehilangan jati dirinya. Pada masyarakat tradisional, kegiatan merencana, merancang, melakukan dan mengelola lingkungan buatan merupakan kegiatan swadaya dan swakarsa lokal dari penduduknya. Dengan demikian, lingkungan fisik yang terbentuk betul-betul secara wajar dan pas mewadahi aktivitas manusia yang menghuninya dengan segenap tata cara dan adat istiadatnya. 

 Keselarasan, keserasian dan keseimbangan ekologis pun lantas muncul dengan sendirinya secara spontan tanpa kehadiran perencana formal. Karya arsitektur dan kota lebih merupakan karya komunal dari penduduknya yang saling kenal dan memiliki warisan norma, tata nilai, dan tradisi yang disepakati bersama. Pada masyarakat kontemporer, keadaan tersebut telah mulai masuk menjadi bagian dari sejarah masa lampau pengelolaan pembangunan dalam arti luas, yang cenderung kesan canggih yang didominasi para pakar dan pimpinan daerah selaku pembuat kebijakan yang begitu terobsesi untuk membangun tanpa memperhatikan kaidah, budaya atau lingkungan sekitarnya. Arsitektur dan kota yang carut-marut itu terjadi karena adanya kesenjangan antara pihak yang memikirkan dan menyediakan fasilitas dengan pihak yang menggunakan fasilitas. Kesenjangan tersebut menyebabkan pembangunan yang telah dilaksanakan kadang-kadang bahkan sama sekali tidak menyentuh atau memenuhi harapan dari masyarakat yang memanfaatkannya. 

 Sebagai contoh di DKI Jakarta, misalnya, boleh dibilang arsitektur bangunan yang ada tidak lagi mencerminkan kepribadian penduduk Betawi sebagai penduduk asli kota Jakarta. Kalau kita lihat gedung-gedung bertingkat di bilangan Sudirman, Kuningan, Bundaran Hotel Indonesia, tidak lagi mencerminkan citra penduduk Betawi atau bangsa Indonesia. Hampir tidak ada satu pun gedung yang arsitekturnya khas Betawi. Yang ada hanya gedung pencakar langit yang arsitekturnya lebih mencerminkan citra bangsa Barat. Sampai-sampai Friedrich Silahan, salah seorang pakar tata kota Indonesia, menuding semua bangunan bertingkat di sepanjang Jalan Thamrin Jakarta sebagai bangunan yang tidak berkepribadian Indonesia. Semua bangunan pencakar awan itu, tidak akan terasa aneh bila ada di Singapura, Hong Kong, AS atau Eropa. 

 Tidak hanya itu, demam arsitektur ala Barat juga merambah bangunan perumahan elite di DKI Jakarta dan sekitarnya. Rumah tipe Spanyol dan Italia menjadi primadona yang selalu menjadi incaran mereka yang berkantong tebal. Orang merasa bangga tinggal di perumahan elite gaya Spanyol, ketimbang di perumahan khas Indonesia yang arsitekturnya dinilai kuno dan kolot. Di sini kita tidak lagi menghargai arsitektur sebagai warisan nenek moyang kita malah bangga dengan arsitektur barat. Padahal arsitektur itu belum tentu cocok dengan budaya dan iklim Indonesia. Banyak perencanaan arsitektur dan kota yang dikerjakan tidak atas dasar cinta dan pengertian sesuai etik profesional, melainkan berdasarkan eksploitasi dan prostitusi yang bermotif komersial. Contohnya, penunjukan konsultan sering tidak didasarkan atas pertimbangan prestasi dan referensi pekerjaan yang telah dilakukan, tetapi kebanyakan karena kondisi dan komisi hasilya, sebuah karya berkualitas rendah. 

 Fragmentalisme dalam karya arsitek mengakibatkan bahwa arsitek berlomba-lomba untuk menciptakan monumen untuk dirinya sendiri tanpa peduli dengan lingkungan sekitarnya. Contohnya di sepanjang Jl. MH Thamrin Jakarta, setiap bangunan seolah ingin bicara dengan nada dan warna sendiri, kesan kesatuan tidak ada. Yang ada hanyalah suasana semrawut. Parahnya lagi, para penentu kebijakan yang berada di pemerintahan kurang peka lingkungan, dan menderita obsesi membangun yang kelewatan. Contohnya, taman sebagai paru-paru kota berubah fungsi menjadi kawasan pertokoan atau perumahan. Carut-marutnya arsitektur Indonesia saat ini memang tidak sepenuhnya merupakan kesalahan para arsitek. 

Artinya kesemrawutan lingkungan buatan itu karena kesalahan para arsitek. Seolah-olah kelompok arsiteklah yang paling pantas untuk dituding dengan menjamurnya bangunan bergaya Moorish, dengan kolom dorik/lonik/korintian atau bangunan semacam kapsul ruang angkasa, dan lain-lain yang tidak ada silsilahnya di bumi Indonesia. Meskipun demikian, bukan berarti para arsitek cuci tangan atas semuanya itu. Kalau mau jujur, sebenarnya para arsitek selama ini terbukti cukup banyak melakukan kesalahan. Tidak sedikit di antaranya yang terpaku dengan inovasi dan teknologi maju yang diagungkan sebagai cerminan modernitas. Estetika dilihat hanya sekadar sebagai falsafah, bukan sebagai suatu yang bermakna bagi masyarakat sendiri. Penekanan lebih condong pada struktur dan fungsi, sementara fiksi arsitektur dan intrikasi visual, seperti yang selalu ditemui pada bangunan tradisional hanya dipandang dengan sebelah mata. Selain itu, kesalahan para arsitek yang lain adalah bahwa faktor manusia dalam perencanaan sering diabaikan. Keberhasilan dan kegagalan dari suatu karya arsitektur lebih banyak dinilai dari segi fisik dan visual saja daripada kaitannya dengan kekhasan dan perilaku manusia yang menggunakannya. Untuk mengatasi kesemrawutan arsitektur kota Indonesia, menuju arsitektur yang serasi, selaras dan seimbang dengan iklim dan budaya bangsa Indonesia, maka yang perlu dilakukan adalah menggali arsitektur tradisional yang masih kita miliki.

 Napas dan jiwa arsitektur tradisional perlu ditangkap dan diejawantahkan kembali ke dalam wadah yang benar. Arsitektur tradisional sebagai salah satu bentuk warisan budaya yang tak ternilai adalah merupakan pengendapan fenomena dari waktu ke waktu yang berlangsung secara runtut dan revolusioner. Hanya saja masalahnya sekarang penelitian tentang arsitektur tradisional masih seperti embrio sementara perkembangan dan perubahan dan berlansung sangat cepat. Selain itu, perlunya peran aktif segenap pihak. Dari pemerintah diharapkan adanya usaha penyempurnaan monumenten ordonantie 1931 disertai dengan development control yang terarah. Pemerintah perlu diimbau agar lebih peka terhadap lingkungan, tidak main bongkar saja, dengan dalih modernisasi. Sementara dari pihak masyarakat sediri perlu dipupuk rasa kebanggaan dan kecintaan terhadap tradisi tata cara hidup dan budaya mereka masing-masing yang antara lain tercermin dalam khazanah warisan arsitektur daerahnya. Tidak hanya itu, di perguruan tinggi perlu dikembangkan studi tentang arsitektur khas Indonesia, khususnya untuk bidang studi planologi. Dalam rangka menyambut Hari Lingkungan Dunia kali ini, sudah saatnya para arsitek membumikan diri sehingga bisa mengungkapkan budaya bangsa secara baik dan benar lewat karya arsitekturnya yang mencerminkan citra bangsa Indonesia. Semoga! *Penulis adalah mahasiswa program pascasarjana ilmu lingkungan Universitas Indonesia.

”Quo Vadis” Arsitektur Indonesia VIDEO





Muda dan sukses, Ini Dia 9 Arsitek Kebanggaan Indonesia

 


Muda dan sukses, Ini Dia 9 Arsitek Kebanggaan Indonesia

Industri properti yang terus berkembang, menghasilkan beberapa tokoh-tokoh arsitek Indonesia yang mendunia dan sukses dengan karya-karyanya yang fenomenal di bidang rancang bangun. Arsitek Indonesia, di tengah tumbuhnya industri properti, menjelma menjadi sebuah profesi bergengsi yang perannya kian penting. Seorang arsitek Indonesia p di dalam posisinya sebagai kreator dengan pengetahuan teknis memberikan seorang arsitek Indonesia peran kunci bagi keberhasilan sebuah maha karya untuk berdiri kokoh dan megah.

Indonesia sebagai sebuah negara yang memiliki industri porperti maju tak kalah dengan negara-negara lainnya soal karya-karya di bidang arsitektur. Karya-karya mereka berhasil meraih berbagai penghargaan internasional. Sebut saja Pemukiman Kampung Code yang dulu merupakan pemukiman kumuh yang terletak di kawasan Gondokusuman Yogyakarta. Pada tahun 1980 YB Mangunwijaya mengumpulkan dan memimpin sebuah tim yang berisikan pemuda kreatif di bidang arsitektur, desain eksterior, interior, dan rancang bangun lainnya untuk menyulap kampung tersebut menjadi kampung dengan desain unik dan ikonik. Sehingga pada tahun 1992, The Agha Khan Award for Architecture sebuah penghargaan internasional bergengsi di bidang arsitektur menganugerahkan penghargaan kepada kampung tersebut.

Perkembangan profesi pada bidang arsitektur yang terus menunjukan tajinya baik di tingkat nasional maupun internasional menghasilkan para tokoh muda sukses yang menjadi kebanggan Indonesia. Oleh karena itu Apartemen Carstensz memilih sembilan tokoh muda sukses yang mewakili wajah profesi arsitek dan desainer Indonesia. Siapa saja? Simak selengkapnya.


1.       Nabila Larasati Pranoto

Perempuan cantik yang berusia muda ini sengaja kami tempatkan pada urutan pertama. Di usianya yang baru menginjak 23 tahun, Nabila Larasati Pranoto telah memenangkan kompetisi internasional bergengsi Coup De Coeur Award in 9th Edition of The Jacques Rougerie Foundation International Competition melalui karyanya “A Living Organism” Penghargaan tersebut diserahkan oleh Justin Ahanzo dari UNESCO di hadapan menteri kebudayaan Perancis M Frank Riester, Chancellor Institute De France, dan Duta Besar dari berbagai Negara peserta kompetisi.


Perempuan yang baru saja menyelesaikan gelar magister arsitektur pada tahun 2019 ini, mengajukan desain untuk memberdayakan masyarakat dan komunitas di pinggiran sungai Mekong. Dalam desain “A Living Organism” tersebut, Nabila menuangkan ide-ide restrukturasi alternatif berbasis aquakultur, aquaponik dan desalinisasi air laut dalam infrastruktur dan sistem hybrid yang menyatu.


2.       Ridwan Kamil

Arsitek yang belakangan menekuni bidang politik sebagai Wali Kota Bandung dan kemudian Gubernur Jawa Barat memiliki karir arsitek yang membanggakan. Lulusan University of California, Berkeley ini sukses menelurkan karya-karya nasional dan internasional. Melalui perusahaan yang didirikan olehnya bersama kawan-kawan sejawat, Urbane, Ridwan Kamil terlibat dalam berbagai proyek prestisius di negara luar Indonesia, seperti Syria Al-Noor Ecopolis dan ==Suzhou Financial District.


Banyak karya-karya nasional yang menjadi ikonik adalah hasil dari tangan dingin Arsitek dengan pengalaman segudang ini. Sebut beberapa karya yang memenangi penghargaan Internasional seperti Rumah Botol di Bandung yang menjadi hunian pribadinya mendapatkan penghargaan internasional Green Design Award oleh BCI. Pada masa kejayaanya sebagai Arsitektur, Ridwan Kamil merupakan satu-satunya Arsitek asal Indonesia yang mampu memenangi penghargaan BCI Asia Award selama tiga tahun berturut-turut dari 2008 hingga 2010.


3.       Daliana Suryawinata

Perempuan yang tidak pernah menyangka akan menjadi seorang arsitek urban planner ini pernah menjadi seorang konsultan arsitek dan rancang kota selama 11 tahun pada perusahaan ternama di Belanda yaitu Office for Metropolitan Authorities (OMA), MVRDV, dan USH. Kemudian bersama suaminya Daliana mendirikan Suryawinata Heinzelmann Architecture and Urbanism (SHAU) yang menjadi motor perbaikan tata kota Jakarta hingga mencetuskan konsep Jakarta Super Kampung 2045.


Melalui SHAU Daliana bersama suaminya sukses membangun berbagai bangunan ikonik yang mendapatkan berbagai penghargaan internasional. Sebut saja, Bima Micro Library yang terletak di jalan Bima, Bandung ini memenangkan Architizer A yang berpusat di Newyork. Melalui karyanya ini Daliana dan Tim nya menggunakan bahan-bahan bekas berupa ember es-krim.


4.       Revano Satria

Revano Satria adalah seorang arsitek muda yang melalui karyanya berhasil mendapatkan berbagai penghargaan nasional dan internasional. Bersama ketiga temannya yang merupakan lulusan Architectural School of Architecture, Inggris yaitu; Pavlos Schizas, Muhammad Makki, dan Michel Moukarzel mendirikan MSSM Associates di London pada tahun 2010. Perusahaan arsitektur internasional ini dikenal sebagai konsultan sekaligus perusahaan arsitektur yang mengusung konsep-konsep di tingkat yang lebih jauh dan mendalam.


Melalui MSSM Associates, Revano Satria bersama kawan-kawannya mendapatkan penghargaan Internatonal Property Award yang diselenggarakan di Bangkok pada Mei 2018 melalui karyanya Twist and Shouts. Selain itu, the Golden A’ Ward in the Architecture Building and Structure Design Category berhasil didapatkan melalui karya yang sama.


5.       Budi Pradono

Arsitek dan kurator yang telah mendunia ini memiliki konsep arsitektur anti kemapanan. Melalui karyanya “Dancing Mountain House” Budi Pradono sukses menyabet penghargaan sebagai proyek residensial terbaik di seluruh benua Asia dalam Arcasia Architecture Award  (AAA) 2016. Melalui karyanya ini Budi Pradono mempopulerkan konsep borderless home di kalangan generasi milenial baik dalam negeri maupun luar negeri.


Selain penghargaan tersebut, Budi Pradono juga pernah mendapatkan penghargaan City Scape Architecture Award (2004), AR Awards for Emerging Architecture (2005), World Architecture Festival Award (2008), Silver Medal and Honorary Diploma INTERARCH, Triennal Architecture (2009). Dengan karya-karyanya yang cukup unik seperti borderless home, rumah tanpa sekat dengan tiang tinggi menjadikannya salah satu arsitek ikonik yang juga diperhitungkan di dunia internasional.


6.       Faldo Andreo Hanggowidjojo

Desainer dan arsitek asal surabaya ini memang telah melanglang buana di dunia internasional. Melalui proyeknya AVISA Bali Chapel, Faldo Andreo Hanggowidjojo mendapatkan perhatian dunia internasional dengan memperoleh Platinum Award (Platinum Muse) sebuah penghargaan yang lebih tinggi dari Gold Award (Gold Muse). Proyek tersebut juga merupakan satu-satunya proyek arsitek Indonesia yang mendapatkan penghargaan IAA New York. AVISA Bali Chapel adalah proyek yang diusung berdasarkan konsep posmodernisme untuk ikat janji pernikahan yang dapat digunakan oleh berbagai kebudayaan, tradisi, dan agama.


Selain itu, Faldo juga sukses menyabet tiga gelar dalam Muse Award 2019, yaitu untuk kategori Hospitality Design (Desain Perhotelan), Conceptual Design, dan Other Design. Sebelumnya Faldo juga mendapatkan dua penghargaan arsitektur di Como Italy pada juni di tahun yang sama.


7.       Muhammad Egha

Pendiri Delution Design Revolution ini merupakan arsitek muda dan pengusaha sukses di bisnis properti. Selama 4 tahun Delution Design Revolution telah memiliki omset 80 miliyar dan menggarap sejumlah proyek pengembangan properti di seluruh Indonesia. Melalui desain-desainya Delution Design Revolution berhasil meraih berbagai penghargaan, seperti Penghargaan Special Mention German Design Award 2016 untuk Desain Kantor Internasional Advertising BBDO Jakarta. Selain penghargaan tersebut, Delution juga mendapatkan gelar Finalis 2A Asian Architecture Award yang diselenggarakan oleh 2A Magazine Istanbul.


8.       Irma Hardjakusumah

Seorang Perempuan Indonesia yang mengharumkan nama Indonesia dan sekaligus sebagai desainer interior Irma Hardjakusumah merupakan desainer kenamaan yang kemampuannya diakui secara internasional. Betapa tidak, jasanya selalu diminta dalam berbagai perhelatan internasional bergengsi. Irma menjadi konsultan tetap untuk mendesain ruang pesta akbar penghargaan bergengsi Oscars, dan Academy Awards.Tangan dinginnyapun kembali diminta untuk mendesain Oscars Governors Ball 2019 yang dihadiri oleh berbagai tamu besar seperti pera pemenang, peraih nominasi, dan juga para presenter Oscars. Acara tersebut juga dihadiri oleh 1500 orang di Dolby Theatre, New York and Higland Center, Los Angeles, California, USA.

9.       Wendy Djuhara

Wendy Djuhara seorang istri dari arsitek kawakan Indonesia Ahmad Djuhara merupakan sosok perempuan tangguh yang menginspirasi banyak kaum perempuan untuk terus berjuang di dunia Arsitektur. Sebagai seorang arsitek kenamaan Indonesia, karya-karya Wendy mendapatkan berbagai penghargaan internasional. Seperti desainnya untuk Sekolah Taman Kanak-Kanak yang bertajuk “Shing Star School” sukses mendapat penghargaan World Architecture Festival Barcelona 2010.

Selain itu, bisnis properti yang kian berkembang dengan dukungan teknologi digital akan memberikan arsitek indonesia peran yang lebih penting lagi dalam menghasilkan karya-karya arsitektur kelas dunia. Untuk itu setiap pengembang dan pemilik properti harus turut mengembangkan bisnisnya melalui teknologi digital.

Muda dan sukses, Ini Dia 9 Arsitek Kebanggaan Indonesia Video :